Setelah menunggu selama 4 jam di Bandara Hasanuddin, Makassar. Akhirnya kami berhasil mendapatkan tiket pesawat untuk terbang ke Kendari. Sekitar jam 11.30 wita, kami pun menginjakkan kaki di provinsi Sulawesi Tenggara ini. Tanpa membuang waktu, kami segera bergegas mencari kendaraan umum yang dapat mengantarkan kami ke pelabuhan. Taksi carter pun menjadi pilihan kami. Yang dimaksud dengan taksi carter adalah sebuah mobil tipikal Toyota Kijang atau Suzuki APV yang di bayar sesuai kesepakatan dari bandara hingga tempat tujuan. Untuk rute bandara-pelabuhan, kami membayar ongkos sebesar Rp 50.000. Letak bandara yang berada di daerah pinggiran tidak memungkinkan kami untuk menggunakan angkutan umum (angkot) hingga ke pelabuhan. Bahkan di sepanjang jalan, kami hanya menemui satu-dua angkot saja. Entah bagaimana, masyarakat sana bila ingin ke bandara dengan on time, apabila mengandalkan angkot saja.
Kami pun berhasil mencapai pelabuhan untuk mengejar kapal menuju kota Bau-Bau di Pulau Buton. Ada 2 perusahaan kapal yang menyediakan jasa untuk menyebrang ke sana. Menurut rekomendasi dari supir taksi, kami pun memilih kapal cepat “MV Sagori Express”. Dalam kapal ini terdapat dua kategori tiket yaitu VIP (Rp 225.000,-) dan reguler, biasanya tiket yang reguler lebih cepat terjual. Yang membedakan adalah VIP menyediakan kursi dengan busa sehingga lebih empuk dan ruangan ber-AC plus 2 televisi. Di sini pun, kami bisa melihat dengan jelas perbedaan karakter (penampilan) antara penumpang VIP dan reguler. Walau demikian, masih ada saja penumpang yang tingkah lakunya tidak bisa ditebak. Contohnya, ada penumpang di VIP yang ingin tidur sambil mendengarkan music player-nya. Masalahnya, dia tidak mendengarkan dengan menggunakan headset tetapi men-loudspeaker-kan player tersebut. Oh my god! Bisa dibayangkan bagaimana terganggunya orang yang duduk tepat di sebelahnya. Sialnya, orang yang duduk disebelahnya adalah saya. Rasanya ingin sekali menegur orang ini, tetapi orang-orang lain di sekitarnya tidak ada yang merasa terganggu. Jangan-jangan ini adalah hal biasa lagi di dalam kapal ini, daripada mencari masalah, saya pun mengalah dengan menyumpal kedua telinga dengan headset dan menyetel volume maksimal.