Weekend in South Korea..

SOUTH KOREA


Sekitar pukul 08.30, saya mendarat di Incheon, Korea Selatan. Liburan saya kali ini cukup singkat dan padat. Jadi tanpa basa basi, dari bandara saya langsung menuju ke tempat tujuan pertama saya. Karena badan masih agak pegal akibat kelamaan duduk di pesawat, maka kami putuskan untuk jalan-jalan di dalam kota terlebih dahulu. Tujuan pertamanya adalah Gyeongbokgung Palace yang berada di Seoul bagian utara. Sebenarnya Korea Selatan memiliki 5 istana peninggalan Dinasti Joseon. Walau semua istana tersebut berada di Seoul, namun karena tripnya singkat, kami memilih 1 istana saja untuk dikunjungi. Alasannya kenapa memilih Gyeongbokgung Palace adalah karena ini merupakan istana utama yang paling luas dan megah.

Istana ini dibangun pada tahun 1394, dan awalnya terdiri dari 330 bangunan. Namun sebagian besar hancur pada saat masa penjajahan Jepang di tahun 1910 – 1945. Walau hanya beberapa bangunan saja yang tersisa, kita masih tetap masih dapat mengetahui cerita sejarahnya. Karena di kompleks istana ini ada 2 museum yaitu National Folk Museum dan National Palace Museum of Korea yang berisikan peninggalan warisan Dinasti Joseon. Selain sejarah Korea, kita juga bisa explore kebudayaannya juga loh. Salah satunya dengan menyaksikan pergantian penjaga istana yang menggunakan pakaian tradisional setiap 1 jam sekali. Kayak berasa nonton film Korea secara langsung gitu deh. Selain itu, jika kalian ingin mencoba pakaian tradisional Korea, dapat juga menyewanya di sini nih. Saya sendiri beberapa kali bertemu para turis yang menggunakan pakaian khas Korea berjalan-jalan sambil selfie di sepanjang kompleks istana ini.

Setelah itu, saya lanjut menuju provinsi Gyeonggi yang menempuh waktu sekitar 1 jam dari Seoul. Tujuan saya adalah Petite France, sebuah kompleks outdoor yang bertemakan desa kecil khas Perancis. Saat saya memasuki loket tiketnya, saya disambut dengan deretan bangunan rumah yang berwarna-warni. Bangunan tersebut dibangun di daerah perbukitan sehingga kontur lahannya membuat kompleks ini terlihat mencolok dari kejauhan. Di sini terdapat 16 bangunan dan bukan sekedar bangunan kosong saja loh. Kita dapat memasuki bangunan-bangunan tersebut untuk menonton pertunjukan atau mencicipi makanan sambil menikmati suasana desa ala Perancis. Kompleks ini dibangun pada tahun 2008 dan sering digunakan sebagai lokasi shooting. Konsep dari Petite France ini sendiri mengambil dari sebuah novel terkenal karya Saint-Exupery yang berjudul Le Petit Prince (Little Prince). Nah karena itu, jangan heran jika di sana kalian akan menjumpai banyak patung tokoh utama ‘Prince’ dari novel ini ya.

Puas bermain di sini, saya pun lanjut lagi ke Pulau Nami, yang letaknya tidak jauh dari Petite France. Berdasarkan hasil googling, musim terbaik untuk berkunjung ke pulau ini adalah saat musim gugur. Dan bulan terbaiknya antara Oktober-November, dimana daun-daun pepohonan mulai berganti warna menjadi kuning atau merah. Pulau Nami merupakan pulau kecil yang memiliki diameter sekitar 6 km. Pulau ini dipenuhi banyak sekali pepohonan yang sangat indah dan tertata rapi. Karena saya datang di bulan Oktober, warna pepohonannya sudah berubah menjadi kuning dan merah, benar-benar cantik sekali. Oh ya walau disebut pulau, namun Nami tidak berada di tengah laut melainkan di tengah sungai loh. Pulau ini sendiri bukan milik pemerintah Korea, kerena telah dibeli dan dikelola oleh pihak swasta sejak tahun 1965. Nama Nami diberikan oleh pemiliki pulau ini, karena di sini ditemukan makam tua yang diduga milik Jenderal Nami, seorang pemimpin besar Korea saat Dinasti Joseon. Kemudian pada tahun 2002, film drama Winter Sonata melakukan shooting di pulau ini. Dan karena drama ini sukses di berbagai negara, akhirnya ikut membawa Pulau Nami menjadi terkenal hingga skala internasional. Nah, sejak itulah Pulau Nami ramai didatangi oleh turis mancanegara.

Pada tahun 2006, Pulau Nami mengklaim dirinya sebagai sebuah negara. Sehingga namanya berubah menjadi Republik Naminara dan memiliki bendera, lagu kebangsaan hingga mata uang sendiri. Jadi kalau mau belanja di sini, harus tukar uang dulu di money changer di pulau ini. Tiket masuknya pun tidak disebut tiket melainkan visa, dan belinya di immigration office (padahal sih loket tiket biasa). Aneh-aneh saja ya, haha. Ada 2 cara untuk sampai ke Pulau Nami yaitu menyeberang dengan kapal ferry (15 menit) dan flying fox (zipline) dari luar pulau. Umumnya sih, turis-turis akan menggunakan ferry, tapi kalau mau menantang adrenalin bisa cobain flying fox. Tapi pastinya flying fox akan merogoh kocek lebih dalam dibanding dengan ferry ya. Di dalam pulau ini, jika malas berjalan kaki, kita bisa menyewa sepeda atau naik kereta keliling juga loh.

Setelah puas, saya kembali lagi ke Seoul untuk hunting street food di daerah Myeong-Dong. Sepanjang jalan isinya jajanan lokal semua, jadi bisa ngunyah sepuasnya di sini. Selain banyak makanan, Myeong-Dong juga merupakan distrik perbelanjaan terbesar di Seoul. Jadi yang hobi shopping wajib banget ke sini. Kalau saya sih kurang doyan belanja, jadinya cuma nyobain segala macam jajanan aja deh. Rata-rata harga makanan di sini 3.000 won per porsi. Kalau dikonversi ke rupiah sekitar Rp 36.000 sih. Lumayan juga ya, haha.

Nah, tempat-tempat yang saya ceritakan tadi sebenarnya masih dapat diakses dengan subway loh. Untuk naik subway, cara paling praktisnya adalah dengan membeli T-money card, dimana kartu ini ternyata juga berlaku untuk bus. Jadi satu kartu bisa digunakan untuk naik subway ataupun bus deh, mirip Ez-link card-nya Singapore. Gampang banget kan kalau mau keliling Korea. Selamat ber-explore ya!

Additional information

– Tiket masuk Gyeongbokgung Palace : 3.000 won

– Tiket masuk Petite France : 8.000 won

– Tiket masuk dan ferry (PP) Pulau Nami : 8.000 won

– Sewa sepeda di Pulau Nami : 4.000 won

– Naik kereta keliling di Pulau Nami : 3.000 won

© kelilingbumi.com. All rights reserved. Do not duplicate without permission.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

*