ITALY
Mimpi ke Venice sudah lama menghantui saya. Sangkin akutnya, sampe nyaris bela-belain ke Macau demi ngerasain Venice KW 3. Tapi yah, namanya anak soleh, rezekinya gak kemana. Akhirnya saya dapat kesempatan untuk merasakan the real Venice. Karena begitu besarnya cinta saya dengan Venice, kayaknya semua blog tentang Venice sudah pernah saya baca deh. Tapi sayangnya saya belum menemukan story tentang Venice dalam bahasa Indonesia yang cukup lengkap. Rasanya banyak hal yang saya temui di Venice, namum belum pernah saya baca sebelumnya. Tapi kalau yang versi English sih, banyak banget yang lengkap informasinya. Oleh karena itu, siap-siaplah membaca tulisan perjalanan Venice saya yang sangat panjang di bawah ini. Hehe. Walau begitu semoga dapat memperkaya wawasan kalian ya. Here we go.
Venice yang sering kita lihat di televisi, yang banyak gondola dan kanal-kanal kecil itu sebenarnya terletak di pulau-pulau yang terpisah dari daratan Itali. Jadi Venice sendiri merupakan gabungan dari area yang masih masuk ke dalam daratan Itali (mainland) dan pulau-pulau di sekitarnya (lagoon). Contoh gampangnya sih kayak Jakarta dan Pulau Seribu, gondola-gondola tersebut adanya di Pulau Seribu bukan di kota Jakarta-nya. Antara mainland dan lagoon dihubungkan dengan jembatan yang bernama Ponte della Libertà (Bridge of Liberty). Jembatan ini tidak hanya berupa jalan raya tapi juga ada jalur keretanya. Jika menggunakan kereta, ada 2 stasiun besar di Venice yaitu Mestre (mainland) dan St. Lucia (lagoon). Nah jangan sampai salah turun stasiun ya, karena kebanyakan kereta akan berhenti dulu di Mestre baru dilanjutkan menuju St. Lucia.
Setibanya di Venetian Lagoon, rasanya mau langsung main ke sana kemari. Di Venice semua harganya lebih mahal dibandingkan daerah Itali lainnya, baik penginapan maupun menu di cafe dan restaurant-nya. Kami pun mulai dengan yang gratis terlebih dahulu yaitu melihat demonstrasi pembuatan kerajinan glass (kaca). Kerajinan glass di Venice sangat terkenal sejak abad ketujuh. Ada satu pulau bernama Murano yang terkenal akan glassmaker-nya, sampai dijuluki sebagai the Glass Island. Karena proses pembuatannya selalu menggunakan api sehingga untuk alasan keselamatan, pemerintah terdahulu memindahkan seluruh glassmaker ke dalam satu pulau. Jadilah satu pulau Murano ini berpenduduk glassmaker semua. Belum lagi ditambah adanya aturan yang melarang para glassmaker ini untuk membuka toko di luar lagoon. Jika ketahuan, maka tangannya akan dipotong sebagai hukuman. Jadilah para glassmaker itu terus bertahan di Murano selama berabad-abad. Pasti penasaran kan, apa sih spesialnya kerajinan glass Murano ini dibandingkan glass lainnya? Karena pada zaman dulu, ternyata hanya orang Murano lah yang tahu cara membuat cermin di Eropa. Murano juga yang mengembangkan teknik dalam kerajinan glass, seperti kristal dan kaca yang warna-warni. Tapi kalau bicara zaman sekarang sih, kayaknya pasti sudah sering lihat pajangan kristal di mana-mana kan ya.
Untuk ke Murano atau pulau lainnya, kita dapat menggunakan vaporetto (water bus). Sistem kerjanya sama kayak bus atau kereta yang berhenti pada stasiun-stasiun yang telah ditentukan. Venetian Lagoon terdiri dari 117 pulau di dalamnya, tentunya dengan adanya vaporetto sangat membantu penduduk untuk mobilisasi dari satu pulau ke pulau lainnya. Apalagi buat turis kayak kami, bakalan terbantu banget, jadi bisa island hopping deh. Harga tiket vaporetto ini bervariasi dan bisa dibeli sesuai kebutuhan. Berikut ini daftar harga tiket vaporetto yang berlaku sejak Januari 2015 :
– € 7 : untuk sekali jalan
– € 20 : untuk 24 jam
– € 30 : untuk 48 jam
– € 40 : untuk 72 jam
– € 60 : untuk 7 hari
Selesai dari situ, kami pun tidak membuang-buang waktu untuk nyobain naik gondola (perahu kayu tradisional khas Venice). Kata orang-orang, naik gondola tanpa pasangan rasanya kurang afdol, karena naik gondola itu romantis banget. Masa sih? Haha. Menurut saya alasan ‘romantis’ kurang tepat buat jadi motivasi nyobain naik gondola. Lagian apanya yang romatis sih, naik perahu masuk-masuk ke gang kecil. Kayaknya masih lebih ‘romantis’ Paris dibandingkan Venice deh. Buat saya sih, bukan romantisnya tapi sensasinya naik gondola yang selama ini cuma bisa dilihat di film-film. Gak peduli deh, mau sama pasangan atau siapapun, kalau sudah di Venice Itali harus nyobain gondolanya dong. Oh ya, belum lagi naik gondola itu mahal loh, bisa jutaan rupiah hanya untuk belasan menit. Menurut saya sih, naik gondola itu enaknya ramean, lebih seru, lebih heboh dan pastinya jadi bisa sharing cost. Gondola itu sendiri maksimalnya hanya untuk 6 penumpang saja. Saat itu, saya bersama 4 orang teman, bayar gondola seharga 150 Euro untuk setengah jam. Jadi masing-masing orang hanya bayar 30 Euro. Katanya sih, harga itu masih bisa ditawar lagi hingga 100 Euro. Tapi menurut rumor yang saya dengar jika ada turis yang menawar harganya, nanti turis tersebut akan dibawa ke rute-rute yang tidak umum atau biasa saja. Mau murah tapi bisa jadi tidak berkesan atau mahal tapi good service, silahkan dipilih? Oh ya, jika naik gondolanya di malam hari, harganya bisa lebih mahal lagi. Beberapa gondolier (orang yang mendayung gondola) ada juga yang menawarkan jasanya untuk benyanyi, tapi pastinya ada extra cost lagi lah.
Kami naik gondola dari Bacino Orseolo yang merupakan parking lot gondola terbesar di Venice. Lokasinya gampang kok, karena dekat dengan Piazza San Marco. Tepat di sekitarnya, ada Hard Rock Cafe dan Best Western Hotel Cavalletto dengan warna kuning dindingnya yang cukup mendominasi dan mencolok. Gondola kami memulai perjalanannya dengan keluar masuk ke kanal kecil terlebih dahulu, dan kemudian diteruskan menuju ke Grand Canal. Dari situ, saya melihat jembatan Ponte di Rialto yang sangat terkenal itu. Di sepanjang Grand Canal sebenarnya ada 3 jembatan lainnya yaitu Ponte della Costituzione, Ponte degli Scalzi dan Ponte dell’Accademia. Menurut saya, tidak ada yang spesial dengan jembatan ini, tapi entah kenapa hanya jembatan Rialto saja yang tersohor namanya dibandingkan 3 jembatan lainnya. Yah, kalau dilihat dari bentuknya, Rialto memang paling oke sih, apalagi jembatan ini dibangun tahun 1592. Sedangkan jembatan lainnya, bentuknya lebih sederhana dan biasa saja. Sekedar informasi, semua hotel dan restaurant yang berada di sekitar Rialto, harganya lebih mahal dibandingkan area lainnya. Jika ingin eksplor Grand Canal-nya saja, bisa naik vaporetto No.1 yang akan menyusuri Grand Canal dari ujung ke ujung. Ada banyak palazzo (mansion) dan gereja menarik di sepanjang pinggir kanal yang dapat kalian jumpai.
Setelah turun dari gondola, kami langsung menuju Piazza San Marco. Sebuah main square yang luas dan diapit oleh dua arcade di sisinya, Procuratie Vecchie dan Procuratie Nuove. Wow, ternyata ada banyak sekali merpati yang berterbangan di tengah square ini. Untungnya, kami sudah menyiapkan roti untuk ditaburkan ke merpati-merpati tersebut. Sambil duduk melantai di piazza, kami asik memberikan remah-remah roti untuk merpatinya. Selain atraksi merpati, ada banyak bangunan bersejarah di sekitar piazza yang bisa dinikmati juga. Seperti ada Basilica di San Marco (St Mark’s Basilica) dengan kubah Bizantium-nya yang nampak indah dari kejauhan. Gereja ini awalnya adalah bangunan untuk menyimpan jenazah dari St Mark, namun chapel aslinya hancur karena kebakaran dan dibangun kembali pada tahun 1094. Saat kami datang, antrian panjang sudah terlihat mengular di depan pintu masuknya. Kalau kalian sabar menunggu, cobalah masuk untuk menikmati keindahan interiornya yang didominasi oleh warna emas. Di belakang altar utama, ada Pala d’Oro yang terbuat dari emas dan dihiasi banyak permata. Keindahan interior gereja ini hanya bisa dinikmati dengan mata saja, karena para turis dilarang mengambil foto dengan kamera di dalam gereja. Tepat di luar gereja, juga ada sebuah Campanile (Bell Tower) yang memiliki ketinggian hingga 99 m.
Selain itu, ada juga Torre dell’Orologio (Clock Tower) yang merupakan peninggalan Renaissance dari abad ke-15. Cobalah naik ke atas tower ini, dari atas kalian dapat melihat pemandangan Venice 360 derajat loh. Kemudian, ada juga Palazzo Ducale, yang dulunya merupakan kediaman dari the Doge (pejabat) dan anggota pemerintahan dari abad ke-9. Palazzo Ducale ini ternyata juga berfungsi sebagai penjara. Menurut saya, bagian paling wow dari bangunan ini terletak pada lantai dua-nya, yaitu Sala del Maggiore Consiglio. Tempat ini berupa hall yang sangat luas (53 x 25 m) yang dipenuhi dengan Tintoretto’s Paradiso (salah satu lukisan minyak terbesar di dunia). Tepat pada bangunan Palazzo Ducale, ada sebuah jembatan kecil yang bernama Ponte dei Sospiri. Jembatan ini menghubungkan Palazzo Ducale dengan Priggione Nove (penjara baru). Nama Ponte dei Sospiri sendiri memiliki arti sebagai the Bridge of Sighs. Hal ini dikarenakan sering terlihatnya para narapidana yang melewati jembatan tersebut, saat sedang dipindahkan ke dalam sel penjara. Saya tidak paham apa yang membuat jembatan kecil ini menarik, tapi Ponte dei Sospiri sangatlah terkenal dan merupakan salah satu tempat yang diburu oleh para turis.
Bangunan di sepanjang Piazza San Marco, juga dipenuhi dengan cafe, restaurant dan toko souvenir. Oya, ngomong-ngomong tentang souvenir, hampir semua toko di sini menjual topeng-topeng berbagai bentuk. Ternyata selain gondola, topeng juga merupakan icon dari Venice. Hal ini dimulai pada abad ke 13, dimana penduduk Venice mulai memakai topeng untuk menyembunyikan jati diri dan status sosialnya. Dengan menggunakan topeng, para penduduk jadi lebih mudah dalam bergaul. Karena semua orang memakai topeng, sehingga mereka saling tidak mengetahui wajah dan latar belakang dari masing-masing orang yang ditemui. Pada abad ke 17, penggunaan topeng mulai dilarang, salah satu alasannya karena sering disalahgunakan, bahkan menjadi tindak kriminal. Namun ada juga versi lain yang mengatakan karena saat itu Venice mulai bergabung dengan Kerajaan Austria. Sehingga pemerintah Austria mulai mengambil alih Venice dan melarang penggunaan topeng. Akhirnya pada tahun 1979, sekelompok artis lokal mulai menghidupkan budaya topeng kembali dalam bentuk carnival. Carnival tersebut ternyata berhasil menyedot banyak antusiasme dan daya tarik wisatawan. Sekarang carnival itu telah menjadi acara tahunan yang paling dinantikan di Venice. Carnival yang paling terakhir baru saja berlangsung pada 31 Januari – 17 Februari 2015. Wow, coba bayangkan jika Piazza San Marco dipenuhi dengan orang-orang bertopeng dan berkostum unik. Google deh! Biar lebih terbayang serunya.
Untuk menutup perjalanan di Venice, kami memutuskan untuk bersantai di cafe di sekitar Piazza San Marco. Kami memilih duduk di luar sambil menikmati alunan music yang dibawakan oleh band dari cafe tersebut. Ada dua hal yang tak terlupakan saat di sini. Pertama, band yang isinya orang Itali semua, tiba-tiba membawakan lagu ‘kopi dangdut’ tidak lama setelah kami duduk. Wow wow! Lagu dangdut Indonesia ternyata sampai ke Itali ya. Sedangkan hal yang kedua, karena kami tahu di Venice pasti mahal-mahal, makanya kami cuma memesan gelato saja. Dan ternyata itu adalah ice cream termahal yang pernah saya cobain. Haha. Mau tau berapa harganya? 18.6 Euro, yang saat itu setara sekitar Rp. 300.000!
Additional information
– Naik gondola : € 100 – 150
– Tiket masuk San Marco Campanile : € 8
– Tiket masuk Torre dell’Orologio : € 12
– Tiket masuk Pallaza Ducale : € 16
© kelilingbumi.com. All rights reserved. Do not duplicate without permission.
Leave a Reply