INDONESIA
Siapa yang tidak mengenal Raja Ampat? Rasanya sekarang ini Raja Ampat telah menjadi impian sejuta umat. Beda banget dengan saat saya pertama kali ke sana dulu, hanya kalangan diver saja yang tahu Raja Ampat. Karena memang keindahan alam bawah lautnya lah yang terlebih dahulu mengaung namanya, dibandingkan keindahan alam daratnya. Bahkan teman sekampus saya saja, ada yang baru dengar nama Raja Ampat pertama kali saat saya ceritakan. Terus kalau diceritain Raja Ampat itu letaknya di Papua, reaksi mereka makin heboh lagi. Haha. Reaksi ini beda banget dengan bule-bule yang saya temui di Raja Ampat. Bule-bule itu malah sibuk muji-muji Indonesia, dan mereka bilang iri banget sama saya yang lahir di negeri yang sangat indah ini. Bule-bule aja terbang jauh-jauh ke Papua, eh yang orang Indonesia malah ada yang belum pernah dengar Raja Ampat. Haduh haduh.
Sekarang keadaan telah jauh berubah, saat ini kayaknya semua travel agent dan open trip berebutan jualan paket ke Raja Ampat. Ada satu primadona yang membuat semua orang, baik diver maupun non-diver, berhasrat ingin ke Raja Ampat. Sang idola ini bernama Kepulauan Wayag. Hampir semua jualan paket wisata yang ber’label’ Raja Ampat, pasti dipasangin foto Wayag.
Perjalanan menuju Wayag benar-benar perlu persiapan matang. Saat itu saya arrange sendiri bersama teman-teman. Kami menggunakan speedboat kantor yang bermesin 85 PK x 2. Kami berangkat dari Waisai (ibukota Kabupaten Raja Ampat) dengan jarak tempuh sekitar 3-4 jam. Jauhnya perjalanan membutuhkan 2 drum bbm untuk pulang pergi. Selain itu, kami juga menyiapkan bahan makanan, tenda dan matras untuk menginap di sana. Oh ya, yang paling penting jangan lupa bawa lotion anti nyamuk. Nyamuk di Papua super banyak, bahkan siang hari pun tangan dan kaki bisa habis digigitin. Setelah persiapan sudah lengkap, kami pun langsung meluncur ke arah Wayag.
Setiba di Wayag, kami lapor dulu di pos Conservation International (CI). Wayag termasuk salah satu daerah konservasi di Raja Ampat. Oleh karena itu, para anggota CI inilah yang bertugas menjaga dan berpatroli di sekitar Kepulauan Wayag ini. Saat lapor kami harus menunjukkan PIN Raja Ampat yang sudah kami beli sebelumnya. Setiap wisatawan yang datang ke Raja Ampat wajib membeli PIN Raja Ampat. PIN ini bentuknya seperti gantungan kunci, dan bisa dibeli di Hotel JE Meridien, Sorong atau Kantor Dinas Pariwisata di Waisai. Harganya lumayan sih sebesar Rp. 250.000,- tapi bisa berlaku untuk setahun. Jadi kalau mau balik lagi ke Raja Ampat dalam setahun, tidak perlu beli PIN lagi.
Setelah lapor dan mengisi buku tamu, kami istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan yang sesungguhnya. Karena tujuan utama kami adalah naik ke atas puncak bukit, dimana kami bisa melihat pemandangan spektakuler dari Kepulauan Wayag ini. Ada 2 puncak yang terkenal di sini, yaitu Puncak 1 dan Puncak 2. Hari ini kami putuskan untuk mencoba Puncak 1 terlebih dahulu. Untuk menuju Puncak 1, kami ditemani oleh 2 guide CI. Karena mereka lah yang tahu rute dan jalur yang aman dilewati untuk sampai ke Puncak 1. Dengan menggunakan speedboat dalam 15 menit saja, kami sudah tiba di sebuah pantai kecil lokasi Puncak 1 berada. Selesai speedboat parkir, kami turun ke pantai dan masuk ke dalam pulau yang masih rimbun dengan pepohonan. Perjalanan ke atas tidaklah mudah, mungkin gambaran lebih tepatnya seperti hiking campur manjat kalinya. Perlu 20-30 menit untuk naik ke atas. Walau ngos-ngosan, tapi setelah melihat view dari atas sini rasanya hilang semua capenya. Sambil leyeh-leyeh dan piknik kecil, kami yang di atas sini benar-benar merasa this is the real heaven on earth. Rasanya foto-foto di sini gak bikin bosen deh. Oh ya, foto pertama dalam tulisan ini juga diambil dari Puncak 1. Itulah foto yang paling sering muncul di brosur-brosur Raja Ampat.
Setelah puas mengagumi kecantikan Wayag di Puncak 1, kami pun mulai turun ke bawah. Nah ini dia tantangan sebenarnya, lebih susah turun daripada naiknya. Pastikan kalau naik ke sini, harus pakai alas kaki yang nyaman ya. Sendal jepit dan sepatu cantik sangat tidak direkomendasikan. Dari situ, kami kembali ke pos CI dan mulai membangun tenda untuk bermalam. Sebenarnya di sini ada satu bangunan kosong yang bisa digunakan untuk menginap. Tapi kami lebih pilih tidur di pantai dengan hammock dan tenda. Untuk makan siangnya, kami bakar ikan dan sambil minum kelapa muda. Hm, yum yum! Setelah perut kenyang lanjut leyeh-leyeh di pantai. Bobo siang dengan ditemani angin sepoi-sepoi yang lembut menyapa. Dan begitu matahari tidak terlalu terik, kami langsung nyebur ke air. Wow, snorkeling di sini benar-benar super keren banget! Coralnya sehat-sehat semua, warna warni dan pastinya sangat padat.
Saat sedang snorkeling, ada salah satu staff CI yang sedang memberikan makan ikan-ikan di dermaga. Dan ternyata yang datang menghampiri bukan hanya ikan-ikan kecil saja tapi hiu juga datang mendekat ke dermaga itu. Wow, bisa lihat hiu di pantai sedekat ini benar-benar pengalaman langka. Saya pun dengan beberapa teman mencoba mendekati hiu-hiu itu. Eh ternyata hiu-hiunya ramah loh, mereka cuma muter-muter aja dan tidak terlihat ingin terlalu dekat dengan kami. Jadi kami dan hiu-hiu itu masih dalam jarak aman lah. Nampaknya hiu-hiu ini memang sudah terbiasa dengan kehadiran manusia. Selesai main air, kami kembali ke pantai untuk ber-sunset ria. Rasanya tinggal di sini benar-benar berasa relax dan pikiran jadi fresh. Semua masalah yang ada seperti benar-benar menghilang dari kepala.
Menjelang gelap, kami mulai membuat api unggun dan bakar ikan lagi. Sambil makan malam, salah satu teman saya asik main gitar. Enaknya dinner di pantai sambil diiringi live music. Selesai dinner, mulai masuk acara bebas. Ada yang langsung tidur di tenda, ada yang pindah ke dermaga untuk lihat bintang, ada yang masih asik bakar sisa-sisa bahan makanan dan ada yang bikin mini konser dengan iringan gitar. Haha, seru banget malam ini.
Esok paginya setelah selesai sarapan, langsung naik speedboat menuju Puncak 2. Jaraknya sih gak terlalu jauh, kalau dari Puncak 1 langsung ke Puncak 2 mungkin hanya sekitar 10 menit saja. Berbeda dengan Puncak 1, di Puncak 2 tidak ada pantainya. Jadi kami naik ke atas atap kapal terlebih dahulu, baru mulai memanjat dari situ. Di Puncak 2, karangnya lebih terjal dan tajam-tajam. Bisa dibilang kemiringan hampir 70-80 derajat kali ya. Ini bukan hiking atau trekking lagi namanya, tapi benar-benar manjat ke atasnya. Untungnya Puncak 2 tidak setinggi Puncak 1, jadi penderitaan manjat-manjatnya tidak begitu lama. Sampai di atas, wow wow wow! Ini pemandangan yang jarang saya lihat sebelumnya. Nampaknya tidak banyak orang yang ke Puncak 2. Karena semua foto Raja Ampat yang saya lihat sebelumnya, rata-rata view dari Puncak 1. Satu lagi yang oke di Puncak 2 yaitu ada 1 pohon yang cukup besar tumbuh di atas sini. Jadilah, kami sibuk naik ke pohon itu dan foto-foto sepuasnya. Karena ada pohon rasanya lebih teduh di sini dibandingkan Puncak 1.
Oke setelah puas, kami kembali ke pos CI untuk mengantarkan guide CI yang telah menemani dan membantu kami naik ke Puncak 2. Kami pun memberikan sedikit uang sukarela untuk mereka karena telah membantu kami selama menginap di sini. Uang tersebut belum termasuk jasa guide untuk mengantarkan kami ke Puncak 1 dan 2. Karena untuk jasa guide ke Puncak sudah ada tarifnya tersendiri. Selesai urusan administrasi, kami meluncur kembali ke Waisai.
Sepanjang perjalanan pulang, kami tidak berhenti memuji keindahan Wayag yang baru saja kami lihat. Banyak orang mengatakan Wayag mirip dengan Phi Phi di Thailand atau Halong Bay di Vietnam. Saat saya menulis ini, saya sendiri sudah datang ke kedua tempat itu dan pendapat saya, Wayag tetap yang terbaik. Di Phi Phi, tidak ada Puncak yang bisa kita naiki untuk melihat view keseluruhan dari atas, sedangkan di Halong Bay, walau ada gazebo untuk melihat dari atas, tapi view yang ditawarkan benar-benar terbatas. Belum lagi di Halong Bay itu lautnya dalam dan warnanya hijau lagi, jadi tidak bisa snorkeling deh. Kalau ada orang Indonesia yang pamer-pamer Phi-Phi atau Halong Bay, langsung saya sodorin foto Wayag, baru deh pada mingkem. Oops!
Additional information
– Harga PIN Raja Ampat : Rp. 250.000,- untuk turis lokal
– Jasa guide CI per 1 puncak : Rp. 200.000,-
© kelilingbumi.com. All rights reserved. Do not duplicate without permission.
Terimakasih atas artikel anda yang menarik dan bermanfaat.
Saya juga memiliki link yang serupa yang dapat anda kunjungi di
Explore Indonesia
Luar biasa pengalamannya mas terimakasih sudah mau berbagi Tuhan memberkati, indonesia it’s not perfect but indonesia it’s awesome ( Thanks God I’m Indonesian)