Menyapa Salvador Dali di Gorontalo..

INDONESIA


Ide untuk diving di Gorontalo berawal dari obrolan santai siang bersama teman-teman diver saya. Salah satu teman saya mengatakan kalau dia baru saja membaca buletin diving yang menyebutkan bahwa Salvador Dali Sponge di Gorontalo telah patah dan rusak. Waduh, gawat nih! Saya sendiri belum pernah melihat wujud Salvador Dali Sponge itu dan sekarang sudah patah lagi. Dengan berharap masih ada bekas patahannya di dalam laut, saya pun buru-buru terbang ke Gorontalo.

Oh ya, mungkin ada yang belum pernah mendengar Salvador Dali Sponge ya? Jenis sponge ini merupakan jenis yang unik karena ukurannya yang tergolong besar dan ditambah lagi hanya tumbuh di Gorontalo saja. Di laut manapun tidak ada, kecuali di Gorontalo, Indonesia. Dinamakan Salvador Dali karena tekstur permukaan luarnya yang mirip seperti ukiran. Pola ukirannya sendiri dianggap mirip karya seorang seniman Spanyol yang bernama Salvador Dali. Oleh karena itulah para diver sering menyebutnya sebagai Salvador Dali Sponge, sedangkan nama latinnya sendiri adalah Petrosia Lignosa.

Sesampainya di Gorontalo, saya langsung memastikan kabar mengenai Salvador Dali yang patah tersebut. Ternyata berita itu benar loh. Jadi karena ukurannya yang sudah terlalu besar sehingga sponge itu tidak dapat lagi menahan beban badannya sendiri. Akhirnya batangnya pun patah karena terlalu berat menopang. Awalnya saya pikir kalau si Salvador Dali Sponge itu cuma ada 1 di Gorontalo, makanya panik banget pas dengar dia sudah patah. Eh ternyata, Salvador Dali Sponge itu gak cuma satu saja, melainkan banyak tumbuh di sini. Hehe.

Oke mendengar good news tersebut, saya semangat banget menyusun agenda untuk 2 hari diving di Gorontalo. Hari pertama, saya mau fokus untuk explore si Salvador Dali ini. Jadi agendanya adalah dive 3x di spot yang ada Salvador Dali-nya. Sedangkan hari kedua, baru coba variasi lain yang ditawarkan di laut Gorontalo ini. Saya pun tertarik untuk nyobain wreck dan muck dive.

Keesokan harinya, kami pun bergerak dari kota Gorontalo menuju desa Olele. Di sekitar desa inilah yang banyak terdapat dive spot yang merupakan tempat tinggal si Salvador Dali Sponge. Oke, saya ceritain masing-masing dive spot yang sudah saya cobain ya.

Jinn Cave

Dive pertama, kami mulai turun memasuki celah besar yang diapit dinding coral di kiri kanannya. Sensasinya wow banget, menyelam di antara dua dinding raksasa ini, kita jadi berasa kecil banget. Pemandangan yang disuguhkan juga benar-benar memanjakan mata. Dindingnya dari atas sampai ke bawah dipenuhi coral yang super padat. Cantik banget! Setelah beberapa menit menyelam, akhirnya kami berjumpa dengan Salvador Dali. Walau sponge yang kami temukan ini ukurannya tidak terlalu besar, rasanya puas sekali saat pertama kali melihat sponge ini. Akhirnya kesampean juga lihat wujud Salvador Dali langsung di bawah air. Selesai foto-foto, kami pun lanjut berkeliling lagi dan menemukan beberapa jenis Shrimp dan ada Orang Utan Crab juga loh. Saya seneng banget kalau ketemu Orang Utan Crab, karena langka bisa ketemu dia. Hewan ini juga salah satu favorit saya, karena kepitingnya unik banget. Seluruh permukaan badannya dipenuhi oleh bulu-bulu berwarna merah terang. Unik banget kan lihat kepiting badannya berbulu.

Traffic Circle

Lanjut ke dive kedua, sekarang kami akan menuju ke spot dimana terdapat Salvador Dali Sponge yang ukurannya tergolong raksasa. Ada 2 Salvador Dali yang kami temukan di sini. Yang pertama, posisinya menempel pada wall. Karena posisinya itu, saya agak kesulitan saat moto sponge ini. Untungnya pas sponge kedua, posisi tumbuhnya di tempat yang mendatar, jadi bisa moto dari berbagai angle deh. Salvador Dali kedua inilah yang fotonya sering saya lihat di majalah-majalah diving. Selain karena ukurannya yang sangat besar dengan diameter 1,5 meter, bentuknya yang seperti bunga menambah keunikannya. Selain sponge raksasa itu, hal lain yang paling saya ingat di spot ini adalah banyak banget coral-coral raksasanya. Mulai dari Salvador Dali Sponge yang ukurannya raksasa ditambah lagi coral lainnya juga besar-besar banget. Ini dive spot nampaknya dipenuhi oleh raksasa-raksasa cantik semua. Haha.

Honeycomb

Ok lanjut lagi ke dive terakhir di hari pertama. Saat meluncur turun ke bawah, kami melihat sebuah lubang pada dinding karangnya. Karena ukuran lubangnya yang cukup besar, kami pun mencoba masuk ke dalam lubang itu. Wah, ternyata berfoto di spot ini oke banget loh, rasanya seperti berada dalam underwater cave. Setelah puas foto-foto, kami kembali melanjutkan penyelaman untuk mengunjungi Salvador Dali lainnya. Di sini ada tiga Salvador Dali yang kami temukan, dua yang kecil dan satu yang ukurannya sangat besar. Menurut saya walau ukuran sponge-nya besar, namun bentuknya tidak secantik dengan yang di Traffic Circle tadi sih. Oh ya, saya jadi ingat saat di sini, tiba-tiba ada seekor ular laut yang datang mendekati kami. Wow, sempet kaget sih. Namun ular bergaris-garis itu ternyata hanya mampir sebentar dan segera meninggalkan kami masuk ke sela-sela karang. Fiuh.

Tjenderawasih Barge Wreck 

Hari kedua, kami mulai dengan menyelam di shipwreck site. Wreck-nya sendiri sebuah barge (tongkang) dengan ukuran 32 x 10 m, yang bernama Tjenderawasih. Kapal ini tadinya digunakan untuk proyek penggalian. Namun pada akhir 1993, kapal ini tenggelam akibat hujan dan ombak besar. Wreck ini mencapai dasar hingga 25 meter, sedangkan bagian teratasnya berada di kedalaman 4 meter. Posisi kapalnya sendiri terbalik dengan bagian atasnya yang menyentuh dasar laut. Sekarang bangkai kapal ini telah dipenuhi oleh berbagai jenis karang dan menjadi rumah bagi banyak ikan-ikan. Divemaster kami bercerita bahwa ada sekitar 140 spesies ikan di sini loh. Wow, satu bangkai kapal ternyata bisa mengundang ratusan ikan dalam satu spot ya. Selain itu, di sekitar kapal ini saya juga melihat banyak tong atau drum kosong yang berserakan di pasir. Ternyata saat kapal ini tenggelam, para pekerja berusaha untuk mengangkatnya kembali dengan menggunakan drum-drum ini. Namun usaha mereka gagal. Akhirnya bukan hanya kapalnya yang tenggelam, tapi drumnya pun jadi ikut-ikutan tenggelam juga. Nah, saya ada saran nih kalau mau diving di sini. Hati-hati saat kicking ya, karena pasirnya gampang sekali naik sehingga airnya gampang keruh. Jadi kalau diving di sini, harus hati-hati dengan fin-nya ya.

Muck Dive

Acara terakhir ditutup dengan muck dive di sekitar pantai. Saat dive terakhir ini, kami benar-benar santai saja. Kami menikmati setiap tingkah laku unik dari biota laut yang kami temui. Saat itu kalau tidak salah, kami bertemu dengan beberapa Seahorse, Squid, Moray Eel, dan Pipefish. Selain itu, saya juga berjumpa dengan dua Frogfish dan satu Mimic Octopus. Diving di sini rasanya seperti diving di Lembeh deh, namun ini yang versi mini-nya.

Wah, satu lagi keunikan yang saya temui asli di Indonesia. Rasanya makin bangga jadi orang Indonesia, tinggal di negeri yang kaya akan keindahan alam nusantara-nya. Hmm, tapi buat saya pribadi sih, lebih bangga lagi jadi diver Indonesia dong pastinya. Hehe.

© kelilingbumi.com. All rights reserved. Do not duplicate without permission.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

*