Selama ini, saya tidak menyangka kalau komodo ternyata bukan hewan yang ramah. Bayangan saya, komodo adalah hewan yang “bodoh,” lambat, dan pemalas. Ternyata, bayangan itu buyar setelah mendengar cerita dari ranger. Komodo ternyata tergolong hewan buas, yang membuatnya berbahaya adalah bakteri yang terdapat dalam mulutnya. Ada 60 bakteri di mulut komodo dan beberapa diantaranya sangat berbahaya dan mematikan. Mereka juga tergolong hewan kanibal. Mendengar hal itupun belum membuat saya merasa khawatir ataupun takut. Sampai akhirnya, saya mendengar ada bahwa beberapa turis telah menjadi korbannya. Walah! Tapi jangan takut dulu, hal ini sebenarnya dapat diantisipasi kalau kita mengikuti semua arahan yang telah dikatakan oleh para ranger (petugas taman nasional) ketika berada di sana. Seperti, harus selalu berjalan dalam kelompok, tidak memisahkan diri sendiri dan bila wanita yang sedang haid sebaiknya memberitahukannya terlebih dahulu kepada para ranger.
Sebenarnya ada 5 pulau yang termasuk Taman Nasional Komodo yaitu Pulau Komodo, Rinca, Nusa Kode, Gili Mota dan Padar. Namun, hanya 2 pulau yang dibuka untuk umum yaitu Pulau Komodo dan Rinca. Pulau Komodo sendiri dikenal juga dengan nama Loh Liang. Begitu sampai, kami langsung diterima dan diberikan pengarahan sebelum memasuki pulau ini lebih dalam. Untuk menjelajah pulau, kita dapat melakukan trekking. Ada 3 jalur (trek) yang ditawarkan yaitu trek pendek (0,5 jam, 1 km), medium (1,5 jam, 3 km) dan panjang (2,5 jam, 4,5 km). Namun karena ketika sampai di Loh Liang hari sudah menjelang sore, maka kami memilih trek pendek saja. Ketika di tengah trek kami bertemu seekor komodo yang nampak bermalas-malasan. Merasa khawatir dengan cerita brutal komodo terhadap pengunjung, saya pun bertanya.
Saya : “Pak, bagaimana ciri-ciri komodo yang mau menyerang?”
Ranger : “Nah, seperti ini, mba” (sambil menunjuk komodo yang terlihat asik tidur-tiduran di tanah)
Saya : “Hah, maksudnya, pak?”
Ranger : “Ini nih dia lagi acting pura-pura tidur atau diam. Tapi sebenarnya dia sedang menunggu sampai mangsanya lengah, baru kemudian menerkamnya”
Saya : “….” (terdiam dengan mulut ternganga)
Yang ampun, ternyata hewan ini jago acting toh. Berarti pose malas-malasannya komodo ini, tenyata hanyalah kamuflase. Namun jangan salah selain jago penyamaran, komodo juga tergolong atlet lari yang tak bisa dianggap remeh. Kecepatan lari mencapai 18km/jam loh. Makanya kalau dikejar komodo, kita tidak boleh lari lurus (searah), karena komodo pasti dapat mengejar kita. Apalagi di pulau ini sendiri jumlah komodonya lebih dari 1.000 ekor. Haha, gak kebayangkan rasanya dikejar komodo sebanyak itu. Saran terbaik kalau dikejar komodo, sebaiknya kita berlari dengan membuat arah zig-zag dan naik ke atas pohon.
Seorang teman kami nampaknya penasaran ingin melihat komodo ini berjalan. Dia pun meminta pada ranger-nya untuk menyuruh komodo itu berjalan. Tiba-tiba, si ranger itu meminjam sebuah seledang atau kain panjang yang berwarna merah milik teman kami. Kain itupun dililitkan di ujung sebuah tongkat dan diayunkan di depan komodonya. Dengan segera komodo itupun segera mengangkat badannya dari tanah dan bergerak mengikuti arah kain merah tersebut. Hah, kenapa komodo itu sensitif dengan warna merah ya?
Ternyata dulunya di Loh Liang, komodo diberi makan (feeding) oleh pemerintah. Namun lama-kelamaan metode ini dirasa tidak baik bagi komodonya sendiri, karena komodonya menjadi malas dan dapat menghilangkan insting berburunya. Akhirnya, metode ini diberhentikan dan komodo tersebut dibiarkan berburu di alam.
Misi dari trekking ini adalah untuk mengetahui habitat dari si komodonya sendiri. Jadi jangan heran kalau misalnya ketika trekking kalian tidak bertemu komodo satu pun. Karena dari awal, si ranger pun mengatakan tidak menjamin kalau akan bertemu komodo nantinya. Tapi biasanya (tidak selalu) di dekat pos masuk sudah ada satu dua komodo yang stand by menyambut para pengunjung. Jadi walaupun tidak ketemu komodo saat trekking, yang penting kalian sudah pernah melihatnya di pulau habitatnya langsung bukan?
Dalam trekking, para ranger juga menjelaskan berbagai flora dan fauna yang terdapat di Loh Liang, seperti pohon asam, pohon lontar, kerbau, rusa, ular, monyet, babi dan burung. Dari semua fauna yang ada, saya paling kaget ketika bertemu beberapa rusa yang sedang beristirahat di pantai. Hampir semua rusa tersebut kehilangan tanduknya. Bisa jadi akibat bertarung dengan komodo kan. Tidak heran, kalau rusa itu memilih beristirahat di pantai dibanding di tengah hutan. Karena di pantai terbuka seperti itu, mereka dapat melihat kedatangan pemangsanya dengan leluasa.
Di sepanjang pantai itupun, ternyata dijadikan tempat untuk menjual berbagai souvenir. Hanya masyarakat lokal (Kampung Komodo) yang diijinkan untuk menjual dan membuat souvenir bagi para pengunjung. Jadi kalau kalian membeli souvenir di sini, kalian juga membantu masyarakat setempat. [Apr ’11]
Jangan lupa buat vote komodo sebagai “New 7 Wonders” ya.
© kelilingbumi.com. All rights reserved. Do not duplicate without permission.
salam lostener dari Get lost in Indonesia, ….really nice info gan! :))
terima kasih..
salam losterner.. 😀