Setelah 5 tahun diving sana sini, akhirnya tahun ini saya memutuskan untuk nyemplung di marine park yang namanya udah terkenal dimana-mana sejak 20-an tahun lalu. Yap, apalagi kalau bukan Bunaken. Alasan dulu belum mau ke sini, karena saya lebih pilih eksplor dive spot yang jauh-jauh dulu. Apalagi waktu masih jadi mahasiswa, makin ramean kan makin murah jatuhnya. Haha, otak mahasiswa emang ya. Nah, kalau ke Bunaken terus terbang sendiri juga gak jadi masalah kan? Selain mudah diakses, dive operator pun sudah menjamur di sana dan informasinya pun mudah didapat via internet. Pokoknya kalau ke Bunaken, gampang bangetlah, buddies.
Bunaken emang terkenal banget dengan wall dive nya. Kalau pernah dive di Menjangan, pasti kebayang deh seperti apa wall dive itu. Buat yang belom kebayang wall dive, mudahnya ngebayangin dinding yang penuh ditumbuhi oleh coral. Jadi coral-nya bukan menghampar di dasar, tetapi berada di samping kita. Kebanyakkan dasarnya emang jauh di bawah sana, jarang bisa melihat dasarnya walau sudah di kedalaman 25 meter.
Sebenernya saya sendiri kurang suka dengan coral sih, gara-gara sudah keseringan kali ya. Makanya agenda diving di Sulawesi Utara ini, saya fokuskan di Lembeh dan Bunaken sebagai tambahannya.
Pagi itu dengan dive boat, saya beserta divers lain meluncur dari Manado menuju Pulau Bunaken. Ternyata sebelum dive, kami harus membayar marine park entrance fee sebesar Rp 1.000,-/day. Setelah masalah administrasi beres, baru kami menyiapkan dive gear masing-masing. Begitu semua peralatan terpasang, saya langsung duduk manis di pinggir boat dan begitu ada aba-aba “clear!” langsung backroll nyemplung ke air. Setelah semua divers berkumpul di air, baru kami meluncur ke bawah.
Nah ini dia nih si primadona-nya, hamparan coral dari atas sampai bawah di wall sebelah kiri saya. Bukan hanya penuh, tapi tumpuk-tumpukan sangkin padatnya. Seperti melihat “taman” dengan sudut yang berbeda, bukan kiri-kanan melainkan atas-bawah. Eh, tenyata bukan hanya kaya akan coral saja, tetapi semakin lama diselami, saya menemukan beberapa gerombolan ikan melintas. Wih, sebelah kiri ada hamparan coral dan sebelah kanan saya ada gerombolan ikan yang lalu lalang. Ya ampun, berada di tengah mereka benar-benar memberikan kesan “special” deh.
Yang seru pas dive berikutnya nih, karena agak berarus saya gak perlu repot-repot mengayuhkan kaki. Tinggal berdiri tegak menghadap ke wall dan dengan sendirinya saya bergerak karena terdorong arus mengitari wall tersebut. Seperti sedang menonton televisi raksasa dengan pemandangan coral di dalamnya. Benar-benar asik menikmatinya.
Lucunya setiap lagi asik-asik memandang, eh tiba-tiba ada objek foto dong. Langsung buru-buru nge-rem. “Eh eh.. kelewatan. Itu ada yang bagus padahal!” Haha.
Terasa banget keindahan ini gak akan cukup direkam dalam kumpulan foto atau video saja. Cara terbaik mengabadikannya adalah dengan mata kita sendiri. It’s only for your eyes, buddies.
Nah yang hobi hunting nudibranch, di Bunaken juga ada lumayan banyak nih. Tapi masih lebih banyak di Lembeh sih, saya sampai mabuk nudibranch di sana. Jadinya pas divemaster saya memanggil dan memberikan hand signal nudibranch, saya dengan refleks menggelengkan kepala saya. “Haha, sorry divemaster, saya udah cukup foto nudibranch-nya.” Tapi begitu dia memberikan hand signal yang lain saya langsung datang meluncur.
Apalagi hand signal penyu, saya langsung melesat. Entah kenapa setiap ketemu penyu dalam laut rasanya senang banget. Bahagia bisa melihat mereka berenang riang di lautan. Beda banget kalau lihat penyu di darat. Kalau itu rasanya kasihan banget, dengan badan seberat itu harus berjalan perlahan-lahan ke pantai untuk bertelur. Belum lagi banyak orang jahil yang suka mengganggu bahkan memburu mereka. Huff! Padahal kalau dalam air, dia perenang yang tangguh loh, tapi kalau di darat malah kebalikannya.
Okay, kembali ke topik Bunaken. Bukan cuma penyu loh, waktu itu saya juga sempat melihat Eagle Ray berenang melintasi saya. Terus yang paling tak terlupakan adalah saya berhasil bertemu Pontohi Pygmy Seahorse dong, jenis ini hanya ditemukan di Bunaken katanya. Wah, beruntungnya saya. Tapi sayangnya karena ukuran yang amat mini, kamera saya gagal menjepretnya. Tapi saya gak sedih kok, karena momen langka ini sudah terekam indah di ingatan saya. 🙂
Terakhir yang gak kalah uniknya, saya juga bertemu Moray Eel. Si belut ini sih emang biasa aja, tapi kalau liat makhluk ini dikeliling coral yang berwarna-warni, kesannya jadi beda kan. Jadi manis belutnya. Loh! Haha.
Ayo, yang ingin merasakan sensasinya wall dive di tempat yang sudah men-dunia namanya, buruan ke Bunaken. Seperti yang saya bilang sebelumnya, kalau gak punya teman barengan itu gak masalah kok. Karena hampir semua dive operator sekarang menyediakan jasa antar-jemput bandara. Jadi enak banget kan tuh. Ayo, jangan kalah sama bule yang terbangnya lebih jauh dari negaranya, buddies.
© kelilingbumi.com. All rights reserved. Do not duplicate without permission.
Leave a Reply