Ketika perjalanan pulang dari Garut menuju Bandung, kami melewati papan petujuk jalan bertuliskan Candi Cangkuang. Hah, ada candi di Garut? Lalu karena penasaran, kami pun memutuskan untuk mampir sejenak.
Begitu tiba di lokasi, tenyata candi yang dimaksud berada di “pulau” yang terletak di tengah danau. Danau tersebut dikenal dengan nama Situ Cangkuang dan pulau tersebut dikenal dengan sebutan Pulau Panjang. Untuk sampai ke sana, kami harus menyebrangi danau menggunakan rakit bambu. Ketika mau naik rakit bambu ini, kami harus memilih apakah menyewa rakit sendiri dengan waktu yang fleksibel tapi biaya lebih mahal atau menunggu satu rakit penuh dengan pengunjung lain sehingga harganya murah tapi entah berapa lama harus menunggu. Sialnya, hari itu tidak banyak pengunjung yang datang, jadi mau tidak mau kami harus menyewa rakit bambu sendiri. Setelah mendapatkan harga yang sesuai hasil tawar menawar, kami pun segera menyeberang.
Candi Cangkuang merupakan situs purbakala yang berbentuk persegi empat 4,22 m x 4,22 m dengan tinggi 2,49 m. Candi ini diduga dibangun sekitar abad ke-8 Masehi. Candi Cangkuang tergolong Candi Hindu yang diumpamakan sebagai Gunung Meru oleh penganutnya.
Di dalam Pulau Panjang, selain keberadaan Candi Cangkuang, ternyata di dalamnya juga terdapat beberapa rumah adat yang dikenal dengan nama Kampung Pulo. Kampung Pulo sendiri terdiri dari 6 kepala keluarga yang memegang adat istiadat kahurun. Para warga setempatnya pun terampil dalam membuat kerajinan tangan. Kerajinan tangan tersebut dijual kepada pengunjung sebagai buah tangan, sehingga dapat menambah penghasilan warga setempat. [Dec ’09]
Additional information
– HTM Candi Cangkuang : Rp 2.000,-/person
– Harga normal rakit penyebrangan : Rp 25.000,-
© kelilingbumi.com. All rights reserved. Do not duplicate without permission.
Leave a Reply