Lanjutan dari cerita sebelumnya nih. Setelah puas belajar sejarah, nah sekarang waktunya bermain. Yuk!
Ketika menjelang gelap, akhirnya kami putuskan untuk mencoba wahana permainan baru di Makassar, namanya Trans Studio Theme Park. Ini merupakan taman bermain hiburan seperti Universal Studio tapi tidak outdoor, melainkan indoor karena berada dalam bangunan yang mirip seperti shopping mall. Di dalamnya dibagi menjadi 4 kawasan tema yaitu Studio Central, Lost City, Magic Corner dan Cartoon City. Masing-masing kawasan tersebut berisi wahana yang berkaitan dengan tayangan Trans Tv maupun Trans 7 seperti Si Bolang, Jelajah, Dunia Lain dll. Namun, ada juga wahana lainnya seperti cinema 4D.
Sekarang, mari kami deskripsikan bagaimana keadaan di dalam Theme Park ini. Setelah melewati pintu masuk, kami akan segera memasuki kawasan Studio Central yang bernuansakan broadway. Wahana permainan yang terdapat dalamnya seperti Trans City Theater (pertunjukan drama musikal), Bumper Car, kincir rakasasa, Cinema 4D (waktu itu, kami nonton film Spongebob Squarepants) dan Studio Tour (tempat melihat pembuatan film dengan efek green screen).
Ketika berjalan lagi, kami dihadapkan dengan persimpangan jalan yaitu, kawasan Lost City di sebelah kiri, kawasan Magic Corner di sebelah kanan dan Cartoon City di depan. Hm, kami mulai dengan kawasan Magic Corner yang didesain dengan kesan gothic, kelam dan gelap. Di sini terdapat wahana Dragon’s Tower (permainan seperti dijatuhkan dari atas ke bawah), Putar Petir (seperti jungkit-jungkit tetapi berputar pada satu poros), Dunia Lain (mirip rumah hantu namun kita menggunakan kereta untuk berkeliling) dan Magic Thunder Coaster (roller coaster sambil melewati minatur Big Ben).
Kemudian kami lanjut ke kawasan Lost city, mirip film Indian Jones suasananya. Disini ada wahana permainan seperti sepeda terbang, Rimba Express (berpetualang menjelajah hutan dengan menggunakan kereta), rumah si Bolang, Jelajah (menaiki perahu yang di ujung perjalanannya akan meluncur menukik ke bawah dan pastinya akan membuat kita basah), dan Safari Track (berkelana memasuki hutan rimba).
Kawasan terakhir yang kami datangi adalah Cartoon City, kawasan yang penuh dengan warna warni, seperti di dunia permen. Kawasan yang cocok sekali bagi anak-anak, karena warnanya begitu ceria. Wahana permainan di sini antara lain, Ballon House (arena bermain anak yang terbuat dari balon raksasa), komidi putar, Ayun Ombak (berupa perahu bergerak ke berbagai arah), Angin Beliung (duduk dengan kursi lalu berputar-putar di udara), Kano Kali (mengarungi sungai dengan kano), mini boom boom car, Kids Studo (studio buat anak-anak berpura-pura menjadi kru TransCorp).
Cara masuk ke Theme Park ini adalah dengan membeli Kartu Studio Pass seharga Rp 100.000,- (Rp 10.000,- harga kartunya dan Rp 90.000,- tarif 15 wahana permainan untuk bermain sepuasnya).
Tetapi ada wahana yang tidak termasuk dalam 15 wahana gratis tersebut seperti Bioskop 4D, Kids Studio, Magic Thunder Coaster, Dragon’s Tower, Jelajah dan Dunia Lain. Untuk memasuki wahana tersebut harus membayar Rp 25.000,-/wahana. Nah, untuk membayar wahana tambahannya dengan melakukan top up atau isi ulang dengan kartu pass tersebut.
Kita tidak dapat membayar hanya Rp 10.000,- untuk kartu pass saja, karena itu sudah harga paket. Jadi mau gak mau, kalau ingin masuk ke sini minimal harus merogoh kocek Rp 100.000,- Ketika itu, kami membayar Rp200.000 (Rp 100.000,- untuk membeli paket kartu pass dan Rp 100.000,- lagi untuk isi ulang 4 wahana tambahan lainnya). Kami merasa 15 wahana “gratisan” itu kurang menarik, sehingga terpaksa mengeluarkan uang lebih untuk mencoba yang lebih menantang.
Setelah puas bermain, kami segera lanjut ke tempat dimana warga Makassar sering nongkrong. Yap, kami ke Anjungan Losari. Sebuah pelataran dengan huruf raksasa bertuliskan
“ P A N T A I L O S A R I”
di tepiannya. Walaupun sudah malam, tetap banyak orang yang datang ke sini. Enaknya bisa main di sini, kita dapat menghirup udara laut, menikmati pemandangan laut, melihat kapal-kapal yang berlabuh sambil mengunyah jajanan khas Makassar. Nyam! Di sepanjang jalannya banyak sekali rumah makan dan penjual jajanan. Oiya, wahana paling favorit disini adalah “dermaga terapung”. Bentuknya seperti puzzle dan terapung di air sehingga kalau kita berdiri di atas serasa bergoyang ikut terombang-ambing air laut.
Kemudian, malam ini ditutup dengan makan seafood enak dengan harga terjangkau di warung Lae Lae. Warung ikan bakar ini terletak di Jl. Datumuseng, deket banget dengan Pantai Losari, kalau berjalan kaki mungkin 5-10 menit lah. Menunya menawarkan berbagai sajian menu seafood segar. Namanya juga Makassar, sebuah kota yang terkenal dengan masakan seafood sebagai kuliner yang wajib dicoba. Beberapa menunya antara lain cumi-cumi bakar masak tinta (Rp 25.000,-), otak-otak (Rp 2.500,-), dan ikan bakar sunu (Rp 35.000,-) Kalau kalian makannya ramean, terus bayarnya patungan, pasti harga yang harus dibayarkan per orang menjadi jauh lebih murah. Menurut pengalaman pribadi saya, ini adalah masakan seafood terlezat yang layak dicoba. Saya aja pertama kali makan sampai nambah 3 porsi nasi dalam seumur hidup, yah di warung seafood ini. Haha. [Jan ’10]
© kelilingbumi.com. All rights reserved. Do not duplicate without permission.
Leave a Reply